Jin Kazama - Tekken Pembelajaran: Desember 2017

Jumat, 29 Desember 2017

Lengkung Refleks



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti “berdiri atau diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil. Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran dengan lingkungan, mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam tubuh.  Apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski tidak sama persis. Manusia mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa (sampah) ke lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak seperti Amoeba yang hanya terdiri dari satu sel. Bagi sel-sel tubuh terdapat dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup atau dapat dikatakan segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan internal adalah lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh. Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-faktor tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2 dan CO2, konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan serta suhu.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal. Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

1.2  Rumusan Masalah
·         Apakah pengertian homeostasis?
·         Bagaimanakah proses pengaturan keseimbangan pada homeostasis?
·         Bagaimanakah dasar-dasar homeostasis?
·         Apa saja faktor-faktor lingkungan yang dipertahankan secara homestatis?
·         Apa saja kontribusi berbagai sistem bagi homestatis?
·         Bagaimanakah tahapan-tahapan homeostasis?
·         Bagaimana bentuk ketidakseimbangan homeostasis?
·         Apa definisa sistem imunologi?
·         Sebutkan jenis-jenis sistem imunologi?
·         Bagaimana kerja sistem imunologi dalam tubuh?
·         Apa manfaat sistem imunologi bagi tubuh?
    
1.3  Tujuan
·         Untuk mengetahui pengertian homeostasis.
·         Untuk mengetahui proses pengaturan keseimbangan pada homeostasis.
·         Untuk mengetahui dasar-dasar homeostasis.
·         Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dipertahankan secara homeostasis.
·         Untuk mengetahui kontribusi berbagai sistem bagi homeostasis.
·         Untuk mengetahui tahapan-tahapan homeostasis.
·         Untuk mengetahui bentuk ketidakseimbangan homeostasis.
·         Mengetahui definisi sistem imunologi.
·         Mengetahui jenis-jenis sistem imunologi.
·         Mengetahui cara kerja sistem imunologi dalam tubuh.
·         Mengetahui manfaat sistem imunologi bagi tubuh.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Pengertian Homeostasis
Homeostasis berasal dari bahasa Yunani: homeo berarti “sama”, stasismempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan dalamnya (mileu interieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
       Pada tahun 1926, seorang ahli bernama Cannon mendefinisikan bahwa homeostasis adalah kemampuan proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dan kecenderungan semua jaringan hidup guna memelihara dan mempertahankan kondisi setimbang atau ekuilibrium.
       Jadi, pengertian homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan, dan terjadi pada setiap organisme.
        Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga tubuh secara alamiyah akan melakukam mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang.


2.2  Proses Pengaturan Keseimbangan pada Homeostasis
       Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keseimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state). Macam-macam pengaturan yang terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi umpan balik negatif dan umpan balik positif.  Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback) merupakan pengaturan penting dalam homeostasis. Dalm pengaturan umpan balik negatif ini sistem pengendali senantiasa membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu tubuh atau tekanan darah) dengan nilaisetpoint. Contohnya adalah pada saat keadaan panas, badan akan diatur untuk mengurangi panas badan. Selain itu, ada juga pengaturan umpan balik yang positif (negative feedback). Pengaturan ini tidak bersifat homeostasis karena tidak memperbesar respons, sampai ada faktor luar yang menghentikannya. Contohnya adalah pada saat demam, badan akan bertambah panas untuk membunuh bakteri dan virus.

2.3  Dasar-Dasar Homeostasis
Ahli ilmu Faal Amerika Serikat Walter Cannon Mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostasis, yaitu:
·         Peran sistem saraf dalam mmepertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
·         Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
·         Adanya pengendalian yang bersifat antagonistic.
·         Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.


2.4  Faktor-Faktor Lingkungan yang Dipertahankan Secara Homeostasis
·         Konsentrasi molekul zat-zat gizi. Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolik untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
·         Konsentrasi O2 dan CO2. Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan  internal.
·         Konsentrasi zat-zat sisa. Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
·         pH. Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.
·         Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain. Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.
·         Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.
·         Volume dan tekanan. Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.

2.5  Tahap-Tahapan Homeostasis

·         Homeostasis primer
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
·         Homeostasis Sekunder
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
·         Homeostasis Tersier
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

2.6  Ketidakseeimbangan Homeostasis
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang di lingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu tertentu.
       Contoh lain adalah kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal, dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sehingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.


2.7  Pengertian Imunologi
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.8  Jenis-Jenis Sistem Imunologi
·         Sel-Sel Imun Non Spesifik
Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena sistem imun spesifik memerlukan waktu sebelum dapat memberikan responsnya. Sistem tersebut disebut non-spesifik, karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.
Kornponen-Kornponen Sistem Imun Non-Spesifik Terdiri Atas :
-   Pertahanan Fisik dan Mekanis
Kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.
-   Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif  dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus. Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas.
-   Pertahanan Humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara humoral. Bahan-bahan tersebut adalah:
§  Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
a)      Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
b)      Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
c)      Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan   makrofag untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi).
§  Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
§  C-Reactive Protein (CRP)
Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
-    Pertahanan Selular
Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non spesifik seluller.
§  Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingakt sebagai berikut: Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai factor sperti produk bakteri dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis (opsonisasi). Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari immunoglobulin pada permukaan fagosit.



§  Natural Killer cell (sel NK)
Sel NK adalah sel limfoid yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai cirri sel limfoid dari siitem imun spesifik, maka karenan itu disebut sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplasi ketiga. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma dan interveron meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan dan efeksitolitik sel NK.

·         Sistem Imun Spesifik atau Adaptasi
Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu disebut spesifik.sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi, komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag. Sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a)      Sistem imun spesifik humoral
Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menbentuk zat anti atau antibody. Antibody yang dilepas dapat ditemukan didalam serum. Funsi utama antibody ini ialah untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat menetralkan toksinnya.
b)      Sistem imun spesifik selular
Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan.
Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut:
Alamiah
§  Pasif
Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah putih yang disensitisasi dari badan seorang yang imun ke orang lain yang imun, misalnya melalui plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak.
§  Aktif
Imunitas alamiah katif dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara alamiah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan pembentukan antibody atau  sel yang tersensitisasi.
Buatan  
§  Pasif
Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum, antibody, antitoksin misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas, gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.
§  Aktif
Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid tetanus, antigen mikro organism baik yang mati maupun yang hidup.



2.9   Cara Kerja Sistem Imun Dalam Tubuh
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.10   Manfaat Sistem Imun
·         Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme  atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh 
·         Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak  untuk perbaikan jaringan.
·         Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Sasaran utama: bakteri patogen & virus Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)

2.11   Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif  atau imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Tahap:
·         Deteksi & mengenali benda asing
·         Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
·         Rekruitmen bantuan & koordinasi respons
·         Destruksi atau supresi penginvasi



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan, dan terjadi pada setiap organisme.Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keseimbangan meliputi umpan balik negatif (negative feedback) dan umpan balik positif (positive feedback). Tahapan-tahapan homeostasis terbagi atas tiga bagian yaitu homeostasis primer, homeostasis sekunder, dan homeostasis tersier.
            Imonologi atau Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

3.2  Saran
Dari makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyarankan agar kita sebagai guru hendaknya berhat-hati dalam memberi pengajaran terutama pelajaran Bahasa Indonesia kepada anak didik kita. Untuk memberikan pelajaran Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita juga harus mengetahui aturan-aturan Bahasa yang baku dan yang sesuai.


DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz.A., 2013. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Bandung: Salemba Medika.
http://namnamnufi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-homeostatis.html