BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Homeostasis
berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti “berdiri atau
diam”. Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan
lingkungan internal yang relatif stabil. Makhluk hidup sejatinya senantiasa
melakukan pertukaran dengan lingkungan, mengambil bahan yang diperlukan dan
mengeluarkan zat-zat yang sudah tidak berguna dalam tubuh. Apa yang
terjadi pada tubuh manusia hampir sama meski tidak sama persis. Manusia
mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa
(sampah) ke lingkungan. Tubuh manusia terdiri dari banyak sel tidak seperti
Amoeba yang hanya terdiri dari satu sel. Bagi sel-sel tubuh terdapat dua
lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan
eksternal adalah lingkungan dimana tubuh manusia hidup atau dapat dikatakan
segala sesuatu yang berada di luar tubuh manusia. Lingkungan internal adalah
lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh. Banyak faktor dalam lingkungan
internal tubuh yang harus dipertahankan. Faktor-faktor tersebut meliputi
konsentrasi molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2 dan CO2, konsentrasi
zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume dan tekanan
serta suhu.
Tubuh
manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh
karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen
juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme
imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap
bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh
manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi
oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan
negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan
tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal. Respon imun yang alamiah
terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan.
Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang
terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apakah pengertian homeostasis?
·
Bagaimanakah proses pengaturan
keseimbangan pada homeostasis?
·
Bagaimanakah dasar-dasar homeostasis?
·
Apa saja faktor-faktor lingkungan yang
dipertahankan secara homestatis?
·
Apa saja kontribusi berbagai sistem bagi
homestatis?
·
Bagaimanakah tahapan-tahapan homeostasis?
·
Bagaimana bentuk ketidakseimbangan
homeostasis?
·
Apa definisa sistem imunologi?
·
Sebutkan jenis-jenis sistem imunologi?
·
Bagaimana kerja sistem imunologi dalam
tubuh?
·
Apa manfaat sistem imunologi bagi tubuh?
1.3 Tujuan
·
Untuk mengetahui pengertian homeostasis.
·
Untuk mengetahui proses pengaturan
keseimbangan pada homeostasis.
·
Untuk mengetahui dasar-dasar
homeostasis.
·
Untuk mengetahui faktor-faktor
lingkungan yang dipertahankan secara homeostasis.
·
Untuk mengetahui kontribusi berbagai
sistem bagi homeostasis.
·
Untuk mengetahui tahapan-tahapan
homeostasis.
·
Untuk mengetahui bentuk
ketidakseimbangan homeostasis.
·
Mengetahui definisi sistem imunologi.
·
Mengetahui jenis-jenis sistem imunologi.
·
Mengetahui cara kerja sistem imunologi
dalam tubuh.
·
Mengetahui manfaat sistem imunologi bagi
tubuh.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Homeostasis
Homeostasis
berasal dari bahasa Yunani: homeo berarti “sama”, stasis “mempertahankan
keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi.
Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka
kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.Organisme unisel tidak
dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena memiliki sedikit
atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap lingkungannya. Namun
organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat hidup di lingkungan
yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan keadaan lingkungan
dalamnya (mileu interieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
Pada tahun 1926, seorang ahli bernama Cannon mendefinisikan bahwa homeostasis
adalah kemampuan proses fisiologis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan dan
kecenderungan semua jaringan hidup guna memelihara dan mempertahankan kondisi
setimbang atau ekuilibrium.
Jadi, pengertian homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus menerus
atau suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi
kondisi yang dialaminya yang sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan,
dan terjadi pada setiap organisme.
Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalamai stress sehingga
tubuh secara alamiyah akan melakukam mekanisme pertahanan diri untuk menjaga
kondisi yang seimbang.
2.2 Proses Pengaturan Keseimbangan pada
Homeostasis
Homeostasis
dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keseimbangan yang sangat halus
namun bersifat dinamis (dynamic steady state). Macam-macam pengaturan yang
terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi umpan balik negatif dan umpan
balik positif. Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback)
merupakan pengaturan penting dalam homeostasis. Dalm pengaturan umpan balik negatif
ini sistem pengendali senantiasa membandingkan parameter yang dikendalikan
(misalnya suhu tubuh atau tekanan darah) dengan nilaisetpoint. Contohnya
adalah pada saat keadaan panas, badan akan diatur untuk mengurangi panas badan.
Selain itu, ada juga pengaturan umpan balik yang positif (negative feedback).
Pengaturan ini tidak bersifat homeostasis karena tidak memperbesar respons,
sampai ada faktor luar yang menghentikannya. Contohnya adalah pada saat demam,
badan akan bertambah panas untuk membunuh bakteri dan virus.
2.3 Dasar-Dasar Homeostasis
Ahli
ilmu Faal Amerika Serikat Walter Cannon Mengajukan 4 postulat yang mendasari
homeostasis, yaitu:
·
Peran sistem saraf dalam mmepertahankan
kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
·
Adanya kegiatan pengendalian yang
bersifat tonik.
·
Adanya pengendalian yang bersifat
antagonistic.
·
Suatu sinyal kimia dapat mempunyai
pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
2.4 Faktor-Faktor Lingkungan yang
Dipertahankan Secara Homeostasis
·
Konsentrasi molekul zat-zat
gizi. Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk
digunakan sebagai bahan bakar metabolik untuk menghasilkan energi. Energy
kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk
mempertahankan hidup.
·
Konsentrasi O2 dan CO2. Sel
membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak
mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan
selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang
dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan
keasaman di lingkungan internal.
·
Konsentrasi zat-zat sisa. Berbagai
reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel
apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
·
pH. Diantara efek-efek paling
mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan
mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim
di semua sel.
·
Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit
lain. Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan
ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau
keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan
volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila
mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi
fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada
konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.
·
Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi
secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami
perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih
buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila
suhunya terlalu panas.
·
Volume dan tekanan. Komponen
sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada
tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan
lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.
2.5 Tahap-Tahapan Homeostasis
·
Homeostasis primer
Jika
terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis
primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan
trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat
trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena
itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan
berlanjut menuju homeostasis sekunder.
·
Homeostasis Sekunder
Jika
terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi
dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka,
terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi. Homeostasis
sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder
ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk
menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
·
Homeostasis Tersier
Homeostasis
tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak
berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
2.6 Ketidakseeimbangan Homeostasis
Jika
satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis
terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh
lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa
keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional
tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan
terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan
kelangsungan hidup, timbul kematian.Hampir semua penyakit merupakan kegagalan
tubuh mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang di lingkungan sangat
dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal
mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh
terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu
tertentu.
Contoh lain adalah kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal
karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara
meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal, dsb. Tetapi bila
kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi
tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.Tanggung jawab dokter dan
para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat.
Berbagai indicator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi
denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah,
dan mengatur keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih
fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit
parah sehingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.
2.7 Pengertian Imunologi
Sistem
imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap
sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan
resiko terkena beberapa jenis kanker.
2.8 Jenis-Jenis Sistem Imunologi
·
Sel-Sel Imun Non Spesifik
Sistem imun non-spesifik merupakan
pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,
karena sistem imun spesifik memerlukan waktu sebelum dapat memberikan
responsnya. Sistem tersebut disebut non-spesifik, karena tidak ditujukan
terhadap mikroorganisme tertentu.
Kornponen-Kornponen Sistem Imun
Non-Spesifik Terdiri Atas :
- Pertahanan
Fisik dan Mekanis
Kulit, selaput lendir,
silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan mencegah masuknya berbagai kuman
patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput
lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.
- Pertahanan
Biokimia
Bahan yang disekresi
mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, spermin dalam
semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi.
asam HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan
air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif
dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin
dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E.
coli dan staphylococcus. Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat
menghancurkan kuman gram negatif dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen.
Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan besi yang dibutuhkan
untuk kehidupan kuman pseudomonas.
- Pertahanan
Humoral
Berbagai bahan dalam
sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara humoral. Bahan-bahan tersebut
adalah:
§ Komplemen
Komplemen mengaktifkan
fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
a) Komplemen
dapat menghancurkan sel membran bakteri
b) Merupakan
faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
c) Komponen
komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan
makrofag untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi).
§ Interferon
Adalah suatu
glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang mengandung nukleus
dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai
sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi
virus sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga
dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi
virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya.
Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan
demikian penyebaran virus dapat dicegah.
§ C-Reactive
Protein (CRP)
Peranan CRP adalah
sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh badan pada
saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau
lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non
spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang
terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
- Pertahanan
Selular
Fagosit/makrofag
dan sel NK berperanan dalam sistem imun non spesifik seluller.
§ Fagosit
Meskipun berbagai sel
dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang berperaan dalam
pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel
polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam kerjanya sel fagosit juga
berinteraksi dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman
terjadi dalam beberapa tingakt sebagai berikut: Kemotaksis, menangkap, memakan
(fagosistosis), membunuh dan mencerna. Kemotaksis adalah gerakan fagosit
ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai factor sperti produk bakteri
dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody seperti
pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis (opsonisasi).
Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk
kemudian dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk
fraksi Fc dari immunoglobulin pada permukaan fagosit.
§ Natural
Killer cell (sel NK)
Sel NK adalah sel limfoid
yang ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai cirri sel limfoid dari
siitem imun spesifik, maka karenan itu disebut sel non B non T (sel NBNT) atau
sel poplasi ketiga. Sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau
sel neoplasma dan interveron meempunyai pengaruh dalam mempercepat pematangan
dan efeksitolitik sel NK.
·
Sistem
Imun Spesifik atau Adaptasi
Mempunyai
kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang pertama kali muncul
dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi sel-sel imun
tersebut. Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang
sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian
akan dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya mengahancurkan benda
asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem itu disebut spesifik.sistem
imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi,
komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag. Sistem imun spesifik ada 2
yaitu;
a) Sistem
imun spesifik humoral
Yang berperanan dalam
sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B tersebut berasal dari
sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel tersebut akan
berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menbentuk zat anti
atau antibody. Antibody yang dilepas dapat ditemukan didalam serum. Funsi utama
antibody ini ialah untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri
(ekstraseluler), dan dapat menetralkan toksinnya.
b) Sistem
imun spesifik selular
Yang berperanan dalam
sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor timus yang disebut timosin
dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat memberikan
pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T
terdiri atas beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama
sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan.
Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai
berikut:
Alamiah
§ Pasif
Imunitas alamiah pasif
ialah pemindahan antibody atau sel darah putih yang disensitisasi dari badan
seorang yang imun ke orang lain yang imun, misalnya melalui plasenta dan
kolostrum dari ibu ke anak.
§ Aktif
Imunitas alamiah katif
dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara alamiah masuk kedalam tubuh dan
menimbulkan pembentukan antibody atau sel yang tersensitisasi.
Buatan
§ Pasif
Imunitas buatan pasif
dilakukan dengan memberikan serum, antibody, antitoksin misalnya pada tetanus,
difteri, gangrengas, gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian sel yang
sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.
§ Aktif
Imunitas buatan aktif
dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid tetanus, antigen
mikro organism baik yang mati maupun yang hidup.
2.9 Cara
Kerja Sistem Imun Dalam Tubuh
Sistem imun adalah
sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
2.10
Manfaat
Sistem Imun
·
Melindungi tubuh dari invasi penyebab
penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau
substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang
masuk ke dalam tubuh
·
Menghilangkan jaringan atau sel yg mati
atau rusak untuk perbaikan jaringan.
·
Mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal Sasaran utama: bakteri patogen & virus Leukosit merupakan sel imun
utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)
2.11
Respon
Imun
Respons
imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap
antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat
melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme
pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme
pertahanan spesifik.
Mekanisme
pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk
satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah
ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi
bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.
Mekanisme
pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau
imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap
satu jenis antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis
lain. Bedanya dengan pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan
tubuh spesifik harus kontak atau ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen
tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan pertahanan tubuh non spesifik sudah
ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Tahap:
·
Deteksi & mengenali benda asing
·
Komunikasi dgn sel lain untuk berespons
·
Rekruitmen bantuan & koordinasi
respons
·
Destruksi atau supresi penginvasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Homeostasis
adalah suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya yang
sifatnya dinamis yang berlangsung secara konstan, dan terjadi pada setiap
organisme.Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan
keseimbangan meliputi umpan balik negatif (negative feedback) dan umpan balik
positif (positive feedback). Tahapan-tahapan homeostasis terbagi atas tiga
bagian yaitu homeostasis primer, homeostasis sekunder, dan homeostasis tersier.
Imonologi atau Imunitas adalah
resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul
dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem
imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan
bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup.
3.2 Saran
Dari
makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyarankan agar kita sebagai guru
hendaknya berhat-hati dalam memberi pengajaran terutama pelajaran Bahasa
Indonesia kepada anak didik kita. Untuk memberikan pelajaran Bahasa Indonesia
yang baik dan benar, kita juga harus mengetahui aturan-aturan Bahasa yang baku
dan yang sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul
Aziz.A., 2013. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Bandung: Salemba Medika.
http://namnamnufi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-homeostatis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar